Selasa, 13 Desember 2011

MULTIPLE INTELEGENSI

IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELENGENSI DALAM PROSES PENDIDIKAN
( Syaifur Rohman *)
Tujuan dari dijalankannya proses pembelajaran sesuai UU no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri. dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, untuk mencapai tujuan itu pun telah di sediakan serangkaian konsep meliputi konsep standar pendidik, standar isi, standar kompetensi, dan lain sebagainya. Perubahan kurikulum pun terus dilakukan mulai kurikulum tahun 1994 hingga sekarang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan [ KTSP ], yang ditelah diaplikasikan mulai tahun 2005 hingga sekarang. Naik turunnya sebuah kurikulum tidak lain dimaksudkan untuk mendapatkan cara tepat dalam menjalankan proses pembelajaran, mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengontrolan hingga evaluasi semua diarahkan untuk memenuhi target tercapainya tiga ranah pokok yang selalu dijadikan dasar dalam pelaksanaan proses pendidikan yaitu ranah kognitif, afektif serta psikomotorik peserta didik. Tugas vital seorang pendidik sangat kentara ketika menghadapi puluhan bahkan ratusan peserta didik dengan potensi yang berbeda. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik sangatlah menentukan keberhasilan dari proses pembelajaran. Mulai dari kompetensi pedagogik yang meliputi kompetensi dalam ilmu mengajar, sosial, profesional serta leadhership semua harus dimiliki seorang pendidik. Transisi pemahaman dari konvensional ke arah modern mulai digalakkan, proses pembelajaran yang berpusat pada guru [ Teacher Centered Education ] mulai beralih ke pembelajaran yang berpusat pada siswa [ Student Centered Education ]. Peserta didik tidak lagi diyakini sebagai botol kosong yang siap di isi berbagai pengetahuan dari guru namun mereka laksana tumbuhan yang menunggu siraman, pupuk, serta sinar matarari perhatian serta motivasi dari sang guru, sehingga kelak mereka mampu tumbuh menjadi pohon – pohon dengan akar kuat serta daun rindang yang menyejukkan dan mengayomi. Ketika konsep pembelajaran dengan menekankan pada Multiple Intelegensi [ kecerdasan majemuk ] telah diterapkan maka tidak ada lagi istilah peserta didik yang bodoh, terbelakang, terasing, lambat dalam pembelajaran, dan sebagainya. Karena semua peserta didik mempunyai kecerdasan yang berbeda satu sama lain, sehingga tugas seorang pendidiklah untuk mengetahui kecerdasan setiap peserta didik. Tugas tersebut memang berat terutama bagi guru – guru yang masih menggunakan pola berfikir Konvensional / Tradisional, namun bagi guru yang telah mengubah paradigma Tradisional dengan paradigma Modern hal tersebut bukan suatu yang sulit. Karena mereka sedang berhadapan dengan makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna, sehingga mereka akan selalu menemukan hal baru yang menakjubkan dalam menjalankan tugasnya. Hal yang paling memprihatinkan adalah masih banyaknya pendidik yang mencaci peserta didik, menyalahkan mereka, hingga memberikan hukuman dengan hukuman yang tidak edukatif. Semisal ada guru yang mengatakan kata – kata negatif seperti “ kamu salah”/ dasar anak bodoh”, yang serta merta disusul dengan gelak tawa peserta didik lain, dapat dibayangkan bagaimana keadaan psikologis peserta didik yang dikatakan seperti itu. Pembunuhan karakter yang tanpa disadari para pendidik, seperti yang dikatakan oleh E.Mulyasa bahwa “ tidak semua guru itu penting bahkan banyak guru yang menyesatkan perkembangan dan masa depan anak bangsa “, hanya pendidik yang selalu belajar dan menghargai semua potensi peserta didiklah yang berhak menerima predikat “ pahlawan tanpa jasa “. Penerapan Multiple Intelegensi memang membutuhkan kerja keras, terutama bagi pendidik, karena mereka dituntut untuk mengerti potensi yang di miliki setiap peserta didik, namun jika bisa teraplikasikan model pembelajaran ini akan memberikan hasil yang menakjubkan. Semisal seorang pendidik dapat menyesuaikan model pembelajaran sesuai dengan apa yang dikehendaki peserta didik dengan materi pembelajaran, apakah mereka menginginkan materi disampaikan dengan diskusi ataukah mereka ingin mencari sendiri informasi tentang materi tersebut, maka seorang pendidik bisa menggunakan strategi – strategi pembelajaran. Dengan menekankan keterlibatan jiwa dari peserta didik menjadikan pembelajaran bukan saja berhenti pada taraf Transfer of Knowlege, namun lebih dari itu pendidikan haruslah menekankan Transfer of Values, Disinilah akan terlihat perbedaan nyata antara pendidikan dengan metode lama  dengan metode yang digunakan dalam multiple intelegensi. Dan pendidikan akan benar – benar untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri. dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
*Penulis adalah
Mahasiswa fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar